Wednesday 3 August 2016

Hari ini, kita bertengkar lagi.

Hari ini kita bertengkar.
Marah,
Rusuh,
Berkecamuk,
Beratakkan semuanya.

Renung mata kamu tajam,
Bertubi tubi hati aku dihiris dengan kata kata menjatuhkan.
Lantas aku terdiam kelu kaku,
--
Pada satu masa aku tersenyum
Melihat kamu yang tulus, membenarkan.
Detik itu aku sedar,
Aku bukan yang terbaik.
Perasaan sakit itu pergi.
Yang tinggal cuma perasaan sayang.

Waktu itu aku sangat memerlukan kamu,
Kita bertengkar.

Moga Tenang.


Moga tenang
Biar hati kau parah.
Mata merah yang merasakan marah.
Runsing.
Perasaan kabut yang seakan akan di kerah,
sang penikam.

Hitam.
Kelam.

Soalnya.
Apa medisinya?
Cuma kata kata jauh yang dilontarkan ke dasar menantinya cuma bunyi sayup menggeletar.
Apa jawapannya?

Moga tenang, sayang.
Sesuatu yang baik akan menanti datang.
Nanti aku pulang,
Bersama khabar gembira, dari dasar hati.
Moga tenang.

Mimpi

--
untuk merasakan sesuatu yang indah bukan semudah seperti tutur kata,
kadangkala waktu itu rumit, kita harus melepaskan sesuatu yang sukar untuk kita lakukan,
seperti aku,
siapa yang mengerti akan tentang rasa kalau cuma kita?
kalau kamu lelah tentang aku,
aku masih mencuba walaupun aku tahu rasa itu menipis.
membiarkan kamu pergi itu bukan satu pilihan untuk aku.
tidak pernah terlintas.
tapi untuk melihat kamu merasa bahagia,
--
pergilah terbang ke tempat yang lebih indah,
karena aku masih belum mampu melukis mimpi yang kamu mahu.
aku yakin, kamu bisa mengukir senyum tawa yang tak pernah aku lihat.
biar pun aku di sini merasa tenat,
menghitung lelah,
untuk melepaskan kamu itu sukar.
tapi semua itu untuk kamu.
--
biarkan aku sendiri.
yang masih belum mampu melukis mimpi.
ini semua untuk,
kamu.